Pada 15 Agustus 2024, perwakilan Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang dan Tangerang Selatan berkenan hadir memberikan Sosialisasi dan Advokasi tentang Sekolah Ramah Anak di SMA Strada Santo Thomas Aquino. Sosialisasi dan Advokasi diikuti oleh seluruh pengurus OSIS dan MPK SMA Strada Santo Thomas Aquino. Sosialisasi yang berlangsung di aula ini, diawali pembukaan berupa sambutan Kepala Sekolah SMA Strada Santo Thomas Aquino, Ibu Theresia Budiyanti, S.Pd.


Selanjutnya, Bapak Teguh Setiawan selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang dan Tangerang Selatan menyampaikan tujuan sosialisasi, yaitu untuk menjadikan SMA Strada Santo Thomas Aquino memiliki lingkungan sekolah yang ramah anak. Sekolah Ramah Anak(SRA) adalah sekolah yang mampu menciptakan tempat yang aman, nyaman, dan damai sehingga dapat anak/siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Selain itu, sekolah itu harus bersih, bebas dari bullying. Sekolah Ramah anak didukung oleh sekolah dari kepala sekolah dan tenaga pendidik.
Rangkaian sosialisasi ini dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama membahas kesehatan mental pada siswa SMA, dipandu oleh Ibu Anisha Arwan. Beliau menyampaikan bahwa Kesehatan Mental adalah kondisi sejahtera individu yang menyadari potensi dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja secara produktif agar mampu memberi kontribusi kepada komunitasnya. Kaitan kesehatan mental dengan prestasi adalah jika mental sehat maka lebih fokus dalam belajar. Individu yang sehat adalah individu yang sadar mengenai dirinya. Tahu akan potensi dirinya. Kesehatan mental berpengaruh pada bagaimana individu berpikir, rasakan, dan akhirnya melakukan sesuatu. Siswa/i berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Siswa dengan masalah kesehatan mental lebih mungkin mengalami gangguan pada pendidikan, bahkan bisa sampai putus sekolah.

Melalui video yang ditayangkan, Ibu Anisha memberikan gambaran bahwa setiap kata, perlakuan yang kita alami dari kecil akan sangat memengaruhi kesehatan mental. Contohnya, perkataan bersifat negatif dari orang-orang terdekat bersifat negatif dapat membentuk cara berpikir sehingga membelenggu dirinya/mengganggu Kesehatan mental dan berpikir bahwa perkataan tersebut adalah dirinya. Menurut beliau, ada 3 alasan anak mengalami masalah kesehatan mental yaitu faktor biologis (gen, keturunan, kecelakaan), pengalaman hidup (pola asuh, lingkungan pertemanan, peristiwa traumatis, perasaan rendah diri, kehilangan), dan gaya hidup (penyalahgunaan obat terlarang).

Tanda-tanda anak mengalami masalah kesehatan mental seperti, Cognitive Signs (kesulitan dalam membuat keputusan, kesulitan berkonsentrasi, dan negative thinking), Physical Signs (kelelahan, sakit kepala dan badan insomnia, adanya rasa sesak, dan tremor), Behavioral Signs (kehabisan energi, gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan), Emotional Sign (mudah marah, dan emosi gampang terguncang). Adapun cara menghadapi terganggunya kesehatan mental dapat dilakukan dengan mental filter yaitu saat cemas atau overthinking, pikirkan bahwa hidup kita itu seperti sebuah lingkaran besar dan satu peristiwa yang tidak mengenakkan adalah satu titik di lingkaran besar. Paling utama yang harus diurus adalah peristiwa tersebut, tetapi memang ada beberapa hal yang kita tidak bisa ubah, maka ubahlah diri kita. Mengubah persepsi bahwa apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh emosi dan perilaku, apa yang kita rasakan dipengaruhi oleh perilaku, dan apa yang kita lakukan dipengaruhi oleh emosi.

Selain itu, dapat pula membentengi diri dengan melakukan hal untuk diri sendiri, seperti berterima kasih, meminta maaf pada diri sendiri, katakan hal-hal positif pada diri, menciptakan goals, penanaman rasa syukur, melakukan mindfulness, bersikap baik pada diri sendiri, dan journaling. Sementara itu, yang dapat dilakukan ketika menghadapi orang lain adalah Look seperti periksa keamanan, kesehatan dan kondisi fisik, kedua Listen yaitu tanyakan kebutuhan dan kekhawatiran, dengarkan ceritanya serta bantu merasa senang, dan terakhir Link yaitu membantu korban mendapat kebutuhan dan layanan dasar. Berikan informasi yang dapat membantu serta hubungan dengan keluarga dan dukungan sosial.

Sesi 1 diakhiri dengan sesi tanya jawab. Melalui sesi ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan setiap anak untuk mengungkapkan perasaan itu berbeda terlebih perempuan dan laki-laki yang memiliki kemampuan berbeda, baik dalam mengungkapkan ataupun merespon apa yang terjadi. Pada sesi tanya jawab juga dibahas hal terkait yang tanggung jawab kita dan yang bukan tanggung jawab kita maka perlu untuk membuat boundaries.

Sesi 2 dibawakan oleh Ibu Ulfah mengenai satuan pendidikan ramah anak. Beliau menyampaikan bahwa sepertiga populasi dari Provinsi Banten adalah anak-anak. Angka harapan hidup Kota Tangerang sangat tinggi. Kota Tangerang juga memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Beliau juga menyampaikan bahwa pemerintah akan berkomitmen melindungi anak-anak dengan mengeluarkan indeks pemenuhan hak anak. Salah satu komitmen pemerintah ini diwujudkan dalam sekolah berupa pemberian kebebasan pemilihan ekstrakurikuler. Anak-anak juga harus memiliki hak menyampaikan pendapat. Terdapat juga indeks perlindungan khusus anak yang bertugas melindungi anak-anak, seperti anak terlantar dan berkebutuhan khusus.

Beliau menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan haknya agar dapat hidup secara optimal sesuai harkat martabat kemanusiaan dan mendapat perlindungan. Untuk itu, orang tua harus menghindari adanya pukulan, bentakan, dan kekerasan fisik atau verbal karena akan memengaruhi otak. Pukulan, bentakan dan kekerasan dapat merusak perkembangan otak pada anak. Tegas dan disiplin harus tetapi tidak dalam bentakan. Mengajarkan sesuatu kepada anak dapat dilakukan dengan menjadi contoh bagi anak dengan membuat komitmen yang disepakati orang tua dan anak-anak.

Banyak sekali kekerasan yang mungkin terjadi di sekolah seperti pelecehan, pencabulan, diskriminasi, perkelahian, penganiayaan, perundungan, perpeloncoan, pemerasan, dan bahkan pemerkosaan. Selain itu, ada juga ada cyberbullying. Dalam dunia Maya perlu adanya perilaku yang bijak, yaitu memahami platform, berpikir sebelum mengunggah, batasi penggunaan sosial media, penggunaan dipantau secara berkala, dan mulailah dari diri sendiri.

Dalam paparannya, beliau memperkenalkan soal SRA yaitu Satuan Pendidikan Ramah Anak. Dalam SRA terdapat 3 pilar yaitu sekolah, orang tua, dan peserta didik yang memiliki komitmen untuk disepakati bersama. Empat konsep SRA yaitu, mengubah, orang dewasa memberi teladan, orang dewasa terlibat penuh pada anak, memastikan orang tua dan anak terlibat aktif. Empat pilar pembangunan anak yaitu media, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.(F-T-Mg)

Sebarkan artikel ini